Sejarah

SEJARAH


SEJARAH PEMBENTUKAN GERAKAN DESA EMAS (SAEMAUL UNDONG GLOBAL LEAGUE)

Gerakan Desa EMAS (Indonesia Saemaul Undong Global League) adalah modifikasi dari Saemaul Undong yang sudah disesuaikan dengan budaya Indonesia yang beragam dan hampir 90% adalah umat Islam, namun tujuannya satu jua yaitu adil makmur dan sejahtera atau biasa disebut Bhineka Tunggal Ika dengan “jalan hidup” nya adalah  Pancasila yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan budaya Molimo serta Undang Undang Dasar 1945, khususnya pasal 33 atau Demokrasi Ekonomi yang berarti kesejahteraan itu harus merata secara proporsional, antara desa dengan kota, antara pulau Jawa dengan Pulau pulau lainnya, antara suku dengan suku lainnya antara agama dengan agama lainnya sehingga harta tidak hanya beredar di kota atau orang kaya saja namun juga di desa di kalangan petani dan jelata. 

Gerakan Saemaul Undong (Gerakan Desa Baru)   telah menyebar ke seluruh dunia berkat kinerjanya selama beberapa tahun yang lalu. Banyak orang asing mengunjungi Korea hanya untuk mencari tahu apa itu Keajaiban Sungai Han berkat Saemaul Undong, mengingat Saemaul Undong sebagai model yang sukses untuk mengembangkan masyarakat di negara-negara berkembang. Sekjen PBB tahun 2015 merekomendasikan penggunaan model Saemaul Undong untuk pencapaian Sustainable Development Goals (Society 5.0) karena di anggap sebagai the best model untuk Community Development dan Social Responsibility Program. UNICEF tahun 2013 memberikan award kepada Saemaul Undong sebagai Warisan Dunia. Sudah 147 negara yang belajar Saemaul dan lebih dari 80 negara hadir setiap acara tahunan Saemaul Undong Global League Forum dan bulan November tahun 2016 yang lalu sudah dideklarasikan Saemaul-undong Global League yang beranggotakan lebih dari 33 negara yang menerapkan pelatihan dan implementasi dari Saemaul Undong.

Saemaul Undong tentunya sejalan dengan budaya bangsa kita, karena sebagaimana disampaikan saat WISUDA ke-31 Universitas Islam Antar bangsa Malaysia pada 7-9 November 2015 satu tokoh berdarah Aceh Tan Sri Sanusi Junid telah dianugerahi gelar kehormatan Doktor Honoris Causar dalam Bidang Manajemen. Gelor kehormatan itu disematkan langsung oleh Sultan Pahang, Sultan Ahmad Shah, selaku Ketua Konstitusi UIAM. Tan Sri Sanusi Junid dalam pidato penerimaan gelar Doktor Honoris Causa di UIAM secara ringkas memberikan beberapa kisah yang menarik untuk diteladani. Kisah yang paling menarik adalah, bagaimana Park Chung Hee, Presiden Korea Selatan, yang hanya mengenal dan mengamalkan sepotong ayat al-Quran, yang dia lihat dalam Kamar Operasi Wakil Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Tun Abdul Razak, serta meneladani strategi hijrah Nabi (mulai dari Madinah atau remote area berakhir di Mekkah), dapat menstimulasi perkembangan Korea Selatan secara pesat.

Presiden Park Chung Hee menjadi Presiden pada 17 Desember 1963. Setelah pelantikannya dia mengadakan kunjungan kerja ke Malaysia. Di dalam Kamar Operasi Kementerian Nasional dan Pembangunan Luar Bandar, di mana Menterinya adalah Tun Abdul Razak yang juga merupakan Wakil Perdana Menteri Malaysia. Waktu itu ekonomi Malaysia lebih maju daripada Korea Selatan. Pada papan di dalam kamar tersebut ada sebuah kaligrafi bertuliskan ayat Al-Quran yang berbunyi: ‘Innallaha la yu ghairuma bi qaumin hatta yu ghairuma bi anfusihim’ (Q.13. Ar-Ra’d: 11) yang artinya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum tersebut merubah nasibnya sendiri. Bagi Park Chung Hee, itu sama dengan filosofi Korea “ Tuhan (Heaven) membantu mereka yang membantu diri mereka sendiri” artinya berdikari (Can Do, Will Do, Must Do) yang menjadi inspirasi menggerakkan program pembaharuannya yang diberi nama “Saemul Undong”.

LATAR BELAKANG KATA “EMAS”

MATA UANG EMAS = DINAR = DIN-NAR
Mulia
Tidak berkarat
Proses pemurnian
Enak dilihat
Kedudukan tinggi
Istiqomah
Mahal
Disukai